Desa Nehas Liah Bing, Permata Tersembunyi di Kutim yang Dikembangkan sebagai Destinasi Wisata
KUTAI TIMUR – Desa Nehas Liah Bing, yang terletak di Kecamatan Muara Wahau, Kabupaten Kutai Timur (Kutim), merupakan desa yang mayoritas penduduknya berasal dari suku Dayak Wehea.
Desa ini memiliki kekayaan alam dan budaya yang unik, yang kini tengah dikembangkan menjadi destinasi wisata unggulan.
Kepala Desa Nehas Liah Bing, Yosefa Ping, mengungkapkan bahwa desanya memiliki potensi wisata alam luar biasa, salah satunya adalah Hutan Lindung Wehea.
Kawasan ini menyimpan keanekaragaman hayati yang tinggi dan menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat Dayak Wehea.
“Meskipun belum banyak terekspos, Hutan Lindung Wehea memiliki ekosistem yang kaya dan memiliki nilai spiritual bagi masyarakat kami. Oleh karena itu, kelestariannya terus dijaga oleh masyarakat setempat,” ujar Yosefa.
Selain keindahan hutan lindung, desa ini juga tengah mengembangkan objek wisata baru, seperti pembangunan embung yang akan dijadikan tempat rekreasi masyarakat dan destinasi wisata alam.
Desa Nehas Liah Bing telah menikmati listrik selama sepuluh tahun terakhir. Sebagian besar penduduknya bekerja di sektor perkebunan kelapa sawit dan pertanian, yang menjadi mata pencaharian utama.
Selain sektor ekonomi, desa ini juga dikenal dengan tradisi budaya tahunan bernama Lom Plai, sebuah pesta syukuran panen padi yang menjadi daya tarik bagi wisatawan.
“Tradisi ini tidak hanya memperlihatkan keunikan budaya Dayak Wehea, tetapi juga menjadi simbol kebersamaan dan penghormatan terhadap alam,” jelas Yosefa.
Selain Lom Plai, Hutan Lindung Wehea juga menjadi aset penting bagi desa. Hutan ini bukan hanya tempat tinggal berbagai tumbuhan dan satwa, tetapi juga memiliki nilai spiritual yang dalam bagi masyarakat Dayak Wehea.
Masyarakat setempat secara ketat menjaga kelestarian hutan ini, menjadikannya bagian tak terpisahkan dari kehidupan dan budaya mereka.
Dengan potensi alam dan budaya yang dimiliki, Yosefa berharap Desa Nehas Liah Bing dapat berkembang menjadi destinasi wisata yang dikenal luas.
“Kami ingin desa ini tidak hanya memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat, tetapi juga tetap menjaga kelestarian alam dan budaya adat yang telah diwariskan turun-temurun,” pungkasnya. (*)
Tinggalkan Balasan