Terlalu Memanjakan Pikiran, Mahasiswa STIENUS Kritisi Penggunaan AI
PENDIDIKAN – Kemajuan teknologi kecerdasan buatan (AI) terus menjadi topik yang menarik, terutama di kalangan mahasiswa.
Ivan dan Revi, dua mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Nusantara Sangatta, memiliki pandangan berbeda tentang penggunaan AI, khususnya model GPT, dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Dalam wawancara bersama Manda, seorang jurnalis muda, Ivan mengungkapkan kekhawatirannya terhadap dampak penggunaan AI yang berlebihan.
Ia berpendapat bahwa teknologi ini bisa membuat manusia terlalu bergantung dan malas berpikir.
“Memang AI bagus, tapi di sisi lain itu sama saja memanjakan pikiran kita. Mungkin kalau untuk mencari jawaban, kami sebagai mahasiswa lebih suka bertanya langsung ke orang lain. Selain itu, ada nilai positif dalam silaturahmi, dan kami juga bisa mendapatkan pengalaman untuk percaya diri saat bertanya,” ujar Ivan saat diwawancarai.
Lebih lanjut, Ivan menegaskan bahwa meskipun AI terus berkembang, manusia tetap lebih unggul karena merekalah yang menciptakan teknologi tersebut.
“AI hanya alat buatan manusia. Meskipun canggih, tetap manusia yang lebih pintar karena menciptakannya. Saya khawatir, jika kita terlalu bergantung pada teknologi ini, perkembangan pemikiran kita akan terhambat,” tambahnya.
Sementara itu, Revi memiliki pandangan yang berbeda. Ia merasa bahwa AI justru memberikan banyak kemudahan, terutama dalam mendapatkan jawaban yang cepat dan akurat.
“Dengan menggunakan GPT, saya merasa sangat terbantu karena bisa mendapatkan jawaban lebih cepat. Selain itu, saya juga merasa lebih aman untuk bertanya tentang soal-soal atau bahkan curhat kepada GPT,” ungkap Revi dengan senyum.
Menurutnya, AI adalah solusi praktis yang efisien, terutama bagi mereka yang ingin mendapatkan informasi dengan cepat tanpa harus mencari jawaban dari berbagai sumber atau bertanya kepada orang lain.
“Informasi yang disediakan sangat membantu dan menguntungkan. Saya juga menyukai cara GPT berkomunikasi, bahasanya terasa alami dan seperti percakapan manusia,” lanjutnya.
Pendapat Ivan dan Revi mencerminkan dua perspektif berbeda mengenai AI: antara kemudahan yang ditawarkan dan risiko ketergantungan yang mungkin terjadi.
Ivan lebih menekankan pentingnya interaksi sosial dan berpikir secara mandiri, sementara Revi melihat AI sebagai alat yang sangat membantu dalam kehidupan sehari-hari.
Perdebatan ini menunjukkan bahwa seiring dengan perkembangan teknologi, penting bagi pengguna untuk menemukan keseimbangan dalam memanfaatkan AI.
Teknologi seharusnya digunakan sebagai alat bantu, bukan sebagai pengganti proses berpikir dan interaksi sosial yang tetap menjadi bagian penting dalam kehidupan manusia.
Penulis: Manda
Tinggalkan Balasan